Tim Van Damme Inspired by Tim Vand Damme

About me

Wawan Hadinata
me?? who am i?? ah..hanya seorang mahasiswa yang sedang mendalami akuntansi, suka membaca, sedang belajar menulis, suka travelling (salah satu obsesi terbesar adalah keliling dunia), suka mempelajari sifat dan tingkah laku manusia di sekitar saya (in my own way, i call it "study human"), suka menghayal sebelum tidur (bagi saya menghayal sama dengan berdoa). kata teman-teman, saya berkepribadian melankolis, saya juga merasa kalau saya introvert, tapi bukan anti sosial :)
Lihat profil lengkapku

Blog

Kamis, 14 April 2011

My Plan VS God's Plan...#Chapter-1

0 komentar

Chapter 1- "Ujian Akhir Nasional" is killing me..

Saya bingung bagaimana cara memulai cerita ini, tapi agar cerita ini terasa indah, saya akan memulai cerita ini dari masa-masa paling indah, do you know when??..ya, masa-masa paling indah adalah masa-masa ketika berhasil malingin rambutan tetangga sebelah,haha..engga lah, masa paling indah itu ya masa-masa di sekolah, lebih spesifik lagi yaitu masa SMA, lebih spesifik lagi yaitu masa SMA kelas XII. Saat-saat di mana wajah lagi tampan-tampannya, uang jajan sedang lancar-lancarnya, pacar lagi sayang-sayangnya, junior sedang hormat-hormatnya, guru sedang baik-baiknya, main basket lagi menang-menangnya, style rambut lagi keren-kerennya, otak lagi bodoh-bodohnya (ga apa-apalah, yang penting gaya, iya ga??), intinya, masa-masa itu adalah masa-masa terindah dalam hidup.kira-kira seperti itulah gambaran indahnya masa SMA yang saya impikan, seperti yang saya lihat di sinetron dan film. Namun sayang, mimpi tinggal mimpi, masa SMA saya cenderung berbanding terbalik dengan semua itu, wajah lagi berjerawat-jerawatnya, uang jajan segitu-gitu aja, pacar kaga ada, rambut panjang dikit guru langsung ngerazia, pokonya kalau kata orang jawa masa SMA saya itu “NELONGSO”..artine opo?? Mboh, ora ngerti aku, sing penting nelongso. Dan pelengkap derita adalah Ujian Akhir Nasional yang segera datang, benar-benar “nelongso”..

Untuk menghadapi UAN, sekolah saya mengadakan program terobosan, yaitu kelas tambahan bagi kelas XII. Kelas tambahan ini diadakan sore hari, dan karena rumah saya jauh dari sekolah, saya tidak bisa pulang untuk sekedar makan siang, mandi atau ganti baju. Biasanya setelah kelas biasa selesai, saya dan salah satu teman saya yang senasib bernama dicky akan langsung menuju rumah makan favorit kami, namanya rumah makan “UNIANG”, hampir setiap hari kami makan di situ, tak pernah berpaling ke tempat lain. Hal yang membuat kami menjadi pelanggan tetap di situ bukan makanannya, bukan pula pelayanannya, trus apa dong?..percakapan saya dengan salah satu teman cewe saya waktu sma akan menjawabnya:

Teman : kalian kok makan di situ terus sih, enak banget ya makanannya??

Saya    : mmhh..engga juga.

Teman : trus kenapa dong??

Saya    : mmhh..di sana itu kalau pelajar dapat diskon Rp 1000, hehe..

Teman : sudah kuduga..

Ya, tampang-tampang KEREN (untuk membaca dengan benar, hilangkan huruf terakhir) seperti kami memang mudah ditebak, apalagi kalau bukan harga yang lebih murah yang membuat kami betah di sana. Biasanya selesai makan, sholat, cuci muka, kami balik lagi ke sekolah untuk kelas tambahan. Ketika teman-teman lain yang rumahnya dekat dari sekolah sudah kembali dengan baju keren, wajah segar dan ceria, serta aroma yang wangi. Maka kami kebalikannya, masuk kelas masih memakai seragam yang lusuh, rambut kusut, muka jelek (maksud saya muka si dicky, kalau muka saya sih tampan selalu,hehe..) dan aroma kurang sedap. Selesai kelas tambahan, saya langsung pulang ke rumah yang jaraknya lumayan jauh, sampai di rumah saya biasanya kelelahan. So, instead of studied at night, I went to bed, slept tight and had a sweet dream,hehe..

Semakin dekat dengan UAN, saya semakin khawatir dan tidak tenang. Ditengah kegundahan itu saya mendadak menjadi sangat religious, sholat semakin rajin, saya selalu berdoa setelah sholat mengharapkan bantuan dari allah SWT, semakin rajin membaca al-qur’an, rajin bersedekah, selalu berbuat baik kepada orang lain, intinya setiap ada kesempatan berbuat baik akan saya lakukan, seperti membantu kakek-kakek menyeberang jalan, membantu anak tetangga mengambil layangan yang nyangkut di pohon dan sampai-sampai membantu ibu memasak di dapur (lah, belajarnya kapan???)

Ujian Akhir Nasional semakin mendekat dengan kecepatan tinggi, bagaikan kecepatan gelombang tsunami menuju pantai yang akan menghancurkan dan memporak-porandakan masa depan para siwa yang tidak mempersiapkan dirinya dengan baik. Sialnya, saya termasuk kategori siswa yang persiapannya biasa-biasa saja, tidak ada persiapan extra, seolah-olah semuanya akan baik-baik saja. Satu hari menjelang ujian nasional, semua siswa kelas XII di sekolah saya mengadakan konferensi, membahas strategi menghadapi UAN. Tempat berkumpul adalah rumah salah seorang siswa, pada saat itu saya senang sekali ada konferensi itu, berharap apapun keputusan dari konferensi itu bisa memudahkan saya melewati UAN ini. Diskusi dilaksanakan di lantai dua, tapi karena keterbatasan tempat dan saya datangnya agak telat, maka saya dan banyak siswa lainnya tidak bisa naik ke lantai dua. Jadi kami hanya duduk bengong di lantai bawah dan tidak tau menau mengenai apa yang didiskusikan mereka, yang saya dengar dari teman saya, mereka sedang merencanakan sebuah konspirasi besar. Satu-satunya keuntungan yang saya dapatkan dari konferensi ini adalah si tuan rumah menyediakan makanan-makanan kecil dan minuman, lumayan.

Akhirnya hari yang akan menentukan masa depan saya itu datang juga, I went to the big war with very less preparation.i studied hard indeed, but like wise man said “it’s impossible to have a perfect preparation”. Saya sudah belajar keras, selalu berdoa setelah sholat, rajin puasa, rajin sedekah, mungkin kalau saya banyak duit saya sudah berangkat haji untuk berdoa di tanah suci memohon kemudahan saat ujian, semakin mendekati UAN saya semakin dekat kepada tuhan (ini yang namanya ada udang dibalik batu, baru ibadah kalau ada mau).

Ujian hari pertama dimulai dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk ujian pertama tidak ada masalah, Bahasa Indonesia masih bisa diatasi. Masalah itu muncul pada ujian kedua, ada beberapa masalah yang muncul pada ujian kedua ini, yaitu:

·         masalah pertama bernama matematika
·         masalah kedua bernama pengawas (dua orang wanita dengan wajah galak dan mata yang   tajam)
·         masalah ketiga saya membenci matematika
·         lebih-lebih pengawasnya..ujian ini seperti neraka, neraka jahannam tepatnya.

Ujian belum mulai tapi keringat dingin sudah mulai bercucuran. Setelah membagikan seluruh soal dan lembar jawaban, pengawas mengatakan ‘’..ujian dimulai..”

Setelah berdoa, saya mengatur nafas dan coba menenangkan diri, setelah itu barulah saya membuka soal dengan perlahan, mata saya langsung tertuju pada soal nomor 1,  saya tersenyum, sepertinya pertanda bagus, soal pertama tidak terlalu sulit, corat-coret sedikit, jawabannya langsung dapat. Sungguh sebuah awal yang bagus, lanjut ke nomor 2, saya masih tersenyum, tingkat kesulitannya meningkat sedikit, tapi masih bisa saya atasi. Keadaan yang sungguh membahagiakan ini terus berlanjut sampai saya mencapai soal nomor 10. Tapi..kebahagiaan itu ternyata hanya sesaat, soal nomor 11 terasa bagaikan sebuah tamparan bagi saya, tingkat kesulitannya sudah meningkat tajam, saya sudah coba memecahkan problem matematika tersebut, tapi saya tidak mampu, saya mulai nervous dan takut. Karena saya merasa nomor 11 terlalu sulit, saya memutuskan untuk melewatinya dan lanjut ke nomor 12, tapi hal yang lebih buruk terjadi, nomor 12 jauh lebih sulit dari nomor 11, saya semakin takut. Nomor 12 pun harus saya lewati tanpa bisa menjawab. Saya melanjutkan ke nomor 13, tapi alih-alih bisa menjawab, soalnyapun saya tak mengerti. Ya tuhan..saya mulai merasa putus asa, otak saya seperti berhenti bekerja, saya panic, saya terus melewati soal-soal itu tanpa mampu menjawab. Dan ketika saya sampai ke soal nomor 50, saya menyadari hanya 10 soal pertama yang mampu saya jawab. Saya diambang kehancuran..

Saya duduk dengan gelisah, masih mencoba mencorat-coret berurasaha menjawab soal, tapi, setiap kali saya berusaha keras menjawab soal itu, otak saya selalu hang. Saya sudah mempelajari semua materi ujian itu, tapi otak saya tidak mampu me-recall apa yang sudah saya pelajari, saya blank, saya terlalu takut, panic, dan putus asa. Saya merasa tidak ada yang bisa membantu saya. Di tengah keputus asaan itu saya mulai lirik kiri-kanan, melihat teman-teman saya, saya bisa melihat wajah mereka juga tegang dan cemas, melihat wajah mereka yang tegang, saya semakin tegang, semakin cemas dan panic. Keringat dingin mulai bercucuran, dada saya berdegup kencang, kaki saya bergetar,  dan  tiba-tiba saya kebelet pipis, ahh..sungguh waktu yang tidak tepat untuk kebelet pipis.

Saya berusaha menahan untuk tidak keluar karena akan menghabiskan waktu, tapi setelah saya fikir-fikir, di dalam saya juga tidak bisa menjawab. Lebih baik saya keluar sebentar, menghirup udara segar, menenangkan diri, dan siapa tau ketika di luar tiba-tiba jatuh kunci jawaban dari langit, Ujian ini mulai membuat saya sakit jiwa. Saya memutuskan untuk ke toilet, saya berjalan tertunduk lesu menuju toilet, sempat beberapa saat memandang ke langit,  masih berharap kunci jawaban akan jatuh dari langit, dan tepat ketika saya akan masuk ke toilet, saya mendengar ada sesuatu yang jatuh ke tanah. Apakah ini sebuah keajaiban?? Apakah benar-benar kunci jawaban telah jatuh dari langit?? Saya langsung berbalik badan dan melihat ke bawah. Disana ada sesuatu tergeletak di tanah, Saya mendekat ke benda itu, tapi hati saya sangat kecewa menerima kenyataan pahit itu, itu bukan kunci jawaban melainkan seonggok kotoran burung merpati. Saya melihat keatas, ada seekor burung merpati sedang bertengger di dahan kelapa sawit, dia memandang ke arah saya, saya dapat mendengar dia berkata “..makan tuh kunci jawaban..”.

Keluar dari toilet, saya sudah mulai agak tenang sampai tiba-tiba seorang teman saya mengeluarkan pertanyaan yang membuat jantung saya hampir copot,

Teman : wan, dapat ga?

Saya    : dapat apa?

Teman : loh, kata teman-teman kunci jawabannya ditaruh di sekitar toilet..

Saya    : WHAAAAAAAATTTTTTT??..*kaget setengah mati

Tanpa dikomando saya langsung balik kanan, masuk lagi kedalam toilet, planga-plongo memeriksa setiap sudut toilet tersebut, saya periksa setiap inchi dari toilet itu, mengorek-ngorek setiap celah tapi tak saya temukan sepotong kertaspun. Saya keluar lagi dengan kecewa, sekarang di luar toilet sudah nambah lagi 3 orang. Lalu saya bertanya kepada mereka, dan jawabannya jauh lebih mengejutkan dari yang tadi, membuat jantung saya benar-benar copot :

Saya    : eh, beneran ga sih ada kunci jawaban di toilet?

Teman : iya, tapi katanya yang ada cuma buat jurusan IPS

Saya    : WHAAAAAAAAATTTTTTTTTT??..*lagi-lagi kaget setengah mati, tapi kali ini karena kecewa.

Ternyata inilah konspirasi besar yang kemarin direncanakan, saya tidak tau bagaimana mereka bisa melakukannya. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke kelas, saya tidak ingin mengahabiskan waktu di toilet itu mengharapkan kunci jawaban yang tak pasti. Saya mempercepat langkah dan dengan sedikit buru-buru saya langsung memasuki ruangan. tepat ketika saya sudah sampai di tengah ruangan saya merasa ada sesuatu yang aneh tapi saya tidak tau apa. saya mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, tapi tak saya temukan ada kursi yang kosong, seseorang mengisi kursi saya. Ketika saya ingin menanyakan perihal kursi itu kepada pengawas di ruangan itu, saya juga merasa ada yang aneh, saya melihat di wajah pengawas itu ada kumis dan jenggot. Saya masih ingat sekali tadi pengawas saya adalah wanita, bagaimana mungkin seorang wanita memiliki kumis dan jenggot?? Ah..ujian ini membuat saya linglung. Akhirnya jenggot dan kumis itu membuat saya sadar bahwa saya tidak berada di ruangan yang benar, saya langsung memutar badan dan keluar diiringi ledakan tawa para siswa di ruangan itu, yang paling keras dan bergema adalah suara tawa pengawas berkumis dan berjenggot itu, mereka benar-benar bersenang-senang di atas penderitaan saya, nasib saya benar-benar nelangsa..

***
Setiap kali mengingat momen-momen hari pertama ujian yang menentukan masa depan saya itu, saya kadang tersenyum, bahkan kadang-kadang tertawa, menertawakan diri sendiri. Setelah cukup lama berfikir, saya menyadari apa yang salah, saya tau kebodohan apa yang sudah saya lakukan. Seperti kata orang-orang, untuk berhasil itu butuh usaha dan doa, I’ve done both, saya sudah belajar keras dan saya juga sudah berdoa siang dan malam memohon kemudahan pada saat ujian. So, what was wrong?? Hanya satu hal, saya berdoa tapi tidak yakin bahwa tuhan akan menolong saya, itu terbukti ketika saya begitu panic,takut, dan merasa tidak akan ada yang bisa membantu saya saat ujian,. Dan puncak ketidak yakinan saya adalah ketika saya bahkan berharap untuk mendapatkan bocoran kunci jawaban di dalam toilet, that was the stupidest thing I’ve ever done and I realized that I was a stupid pathetic idiot back then. saya lupa bahwa saya masih punya tuhan yang akan menolong saya, baik saya minta ataupun tidak, dia tetap akan menolong, buktinya saya lulus dengan nilai cukup memuaskan. Cukup sebuah pertanyaan sederhana yang membuat saya menyadari semua itu, yaitu..

"..how can you pray to the God that you don’t believe in..?”



Read more

Pengikut


| My Stupid Story | Design by Insight © 2009