Tim Van Damme Inspired by Tim Vand Damme

About me

Wawan Hadinata
me?? who am i?? ah..hanya seorang mahasiswa yang sedang mendalami akuntansi, suka membaca, sedang belajar menulis, suka travelling (salah satu obsesi terbesar adalah keliling dunia), suka mempelajari sifat dan tingkah laku manusia di sekitar saya (in my own way, i call it "study human"), suka menghayal sebelum tidur (bagi saya menghayal sama dengan berdoa). kata teman-teman, saya berkepribadian melankolis, saya juga merasa kalau saya introvert, tapi bukan anti sosial :)
Lihat profil lengkapku

Blog

Minggu, 01 Mei 2011

My Plan vs God's Plan..#Chapter 2



Chapter 2 – why me???

Setelah melalui pertarungan berdarah-darah melawan matematika,fisika,kimia dan beberapa spesies sejenisnya, akhirnya UN berakhir juga. Mengingat betapa beratnya mengerjakan problem matematika, betapa ruwetnya memahami rumus fisika, dan begitu njelimetnya unsur-unsur kimia, maka saya berikrar : “setelah lulus SMA, saya tidak ingin lagi bertemu dengan yang namanya hitung-hitungan, rumus-rumus, dan unsur-unsur yang njelimet,ruwet, dan bikin otak mumet”. Begitulah sumpah itu terucap, sebuah sumpah yang akan saya sesali..

Walaupun UAN sudah berakhir, tapi saya belum lega, masih ada pertanyaan besar yang belum terjawab, yaitu “SAYA INI MAU JADI APA??”. Saat itu saya sadar bahwa saya tidak punya cita-cita yang jelas, sementara saya saat ini sedang diambang pintu menuju perguruan tinggi, saya akan membuat sebuah langkah besar yang akan menentukan masa depan saya, saya akan membuat salah satu keputusan terbesar dalam hidup saya, yaitu saya harus memilih akan melanjutkan kuliah ke mana? Fakultas apa? Jurusan apa?.  Pilihan yang saya ambil nanti akan menjadi pilihan yang berat, pilihan yang akan menentukan akan jadi apa saya nanti. Saya benar-benar ragu dan bimbang, saya sudah konsultasi ke guru, keluarga, dan senior-senior yang sudah kuliah. Mereka memberi wejangan yang berbunyi “ dalam hidup itu kita harus memilih, dan dalam membuat keputusan kita harus fikirkan cost dan benefit dari pilihan yang akan kita ambil, fikirkan konsekuensinya, fikirkan dampaknya terhadap masa depan kamu, oleh sebab itu jangan asal memilih, pilihlah nomor 2!!.. *ini sih wejangan dari tim sukses capres yang lagi kampanye*

Pencerahan itu akhirnya datang setelah diskusi dengan ayah saya, dia benar-benar tau bagaimana cara mempengaruhi otak saya, dia berkata “..kalau ayah sih tidak mau memaksakan kehendak, semuanya terserah wawan saja, yang menjalani kan wawan..” saya bahagia sekali punya ayah yang tidak memaksakan kehendak pada anaknya, tapi ternyata ayah saya belum selesai ngomong “tapi kalau ayah lihat di Riau ini jadi guru cukup menjanjikan, gajinya lumayan besar, ditambah lagi tunjangan dari PEMDA, apalagi kalau bisa jadi PNS, lihat saja paman-paman dan tante-tante wawan kebanyakan guru, mereka berhasil semua, hidupnya senang, bla..bla..bla..nguing..nguing..nguing..2 jam kemudian…saya punya cita-cita, I WANNA BE A TEACHER. Not just a teacher, but, a genius good looking teacher. Rencana masa depan langsung terbayang, jadi guru, punya istri-istri (heh, satu saja cukup) cantik dan soleha, punya anak-anak yang lucu, naik jabatan jadi kepala sekolah, naik lagi jadi kepala dinas pendidikan, lalu puncak karir menjadi menteri pendidikan, oh..indahnya hidup ini.

Setelah akhirnya memiliki cita-cita, saya mengikuti jalur PBUD (pemilihan bibit unggul daerah), lalu saya pilih jurusan apa?? Sesuai dengan sumpah yang telah terikrar, saya memilih jurusan pendidikan bahasa inggris dan bahasa Indonesia, tidak ada hitung-hitungan dan rumus-rumus. Jalur PBUD ini adalah jalur paling nikmat sedunia, kita tidak perlu tes tertulis, cukup mengirimkan persyaratan administrasi saja. Setelah mengirimkan persyaratannya, saya dan teman-teman yang lain mulai deg-degan menunggu pengumuman. Ketika pengumumannya keluar, saya tersenyum, ada 2 hal yang membuat saya tersenyum, pertama saya lulus, yang kedua, pengumumannya di Koran cooooyyy…ini pertama kalinya nama saya muncul di Koran (walaupun sebelumnya pernah juga keluar nama wawan di Koran, tapi itu pengumuman orang hilang, jadi bukan wawan saya).
Setelah dibaca lagi keterangannya, senyum saya yang tadinya lebar mulai mengkerut, karena khusus fakultas pendidikan masih ada tes wawancara. Saya mulai mempersiapkan diri untuk tes wawancara, dimulai dari mencari outfit yang paling keren. Setelah mengecek lemari, ternyata celana saya jeans semua, saya langsung ke tukang jahit, bikin celana bahan. Trus keliling pasar mencari kemeja formal, saya mengelilingi seluruh pasar, masuk ke setiap toko pakaian, saya tidak mau asal beli, saya mau kemeja terbaik untuk interview ini, setelah akhirnya dua kali mengelilingi pasar, akhirnya saya mendapatkan kemeja itu, warnah hitam dan bergaris-garis putih halus, uh..elegan sekali. Setelah masalah outfit selesai, saya mulai mempersiapkan diri untuk interview bahasa inggris, membaca buku-buku tips lulus interview bahasa inggris dan berlatih bicara bahasa inggris. Setelah sekitar dua minggu seperti orang gila ngomong sendiri dalam bahasa inggris, hari H pun tiba. Dan ada dua hal yang sangat mengejutkan, pertama, semua peserta memakai kemeja putih, kedua, interviewnya dalam bahasa Indonesia (jadi persiapan gila-gilaan saya selama dua minggu ini buat apaaaaa????). Setelah menjawab pertanyaan “kamu berapa orang bersaudara??”, “pekerjaan orang tua apa??”,  “apa yang kamu ketahui tentang kampus ini?”,”kenapa kamu mau menjadi guru?”..bla..bla..bla..2 minggu kemudian..pengumuman keluar..saya tidak lulus. Seperti itulah kronologis melayangnya kesempatan paling enak di dunia untuk melanjutkan ke universitas, saya kesal dan protes kepada tuhan, why me??..bukankah banyak teman-teman saya yang persiapannya asal-asalan, kenapa mereka bisa lulus?? Kenapa harus saya yang tidak lulus?? Why me??..
Setelah jalur PBUD gagal, maka jalur selanjutnya yang akan saya tempuh adalah SNMPTN, ini jalur paling tidak enak sedunia, sudahlah soal-soal tesnya susah, di tambah lagi saingannya bejibun. Untuk mempersiapkan diri menghadapi SNMPTN, saya memutuskan ikut bimbel di Pekanbaru, sebenarnya keputusan ini terlambat karena paket bimbel untuk SNMPTN sudah dimulai sejak sebulan yang lalu, jadi saya masuk di tengah-tengah pelajaran. Ibarat membaca novel, maka saya tiba-tiba sudah berada bagian konflik yang sedang panas-panasnya. Misalnya ketika masuk kelas fisika untuk pertama kali tiba-tiba gurunya langsung membahas soal tingkat advance tentang optika fisis atau listrik statis,benar-benar konflik panas yang membuat saya keringatan diruangan ber-AC dengan suhu 20 derajat celcius. Setelah kelas berakhir saya masih kurang mengerti atau lebih tepatnya tidak mengerti sama sekali, maka saya coba diskusi dengan teman di sebelah saya, yang saya tanyakan bukan tentang rumus-rumus yang tadi diajarkan atau tentang cara mengerjakan soal yang tadi dijelaskan melainkan sebuah pertanyaan paling mendasar dan fundamental yaitu..”tadi itu kita belajar tentang apa ya??”.
Ujian terberat dari SNMPTN ini bukan hanya soal-soal tesnya, tetapi juga proses panjang selama mendaftar, mulai dari mengantri formulir yang panjang antriannya mengalahkan panjang antrian pembagian BLT sampai dengan kegundahan hati dalam menentukan pilihan universitas dan jurusan yang akan diambil. Setelah cita-cita untuk menjadi guru hampir padam, saya kembali gundah gulana memikirkan ingin jadi apa saya, setelah kembali berdiskusi dengan ayah dan kakak saya, akhirnya saya memutuskan untuk mengambil pilihan pertama kedokteran, pilihan kedua guru bahasa inggris. Pilihan pertama karena ikut-ikutan kakak saya, pilihan kedua karena..seperti yang telah saya jelaskan di atas, wejangan ayah saya. Rencana masa depan kembali saya susun, menjadi seorang dokter yang tampan, punya istri-istri (woi woi..satu saja..satuuuuuuu) yang cantik, soleha dan dokter juga, lalu mengambil spesialis bedah, lalu menjadi dokter bedah paling terkenal se Indonesia, dan di puncak karir menjadi dokter kepala sebuah rumah sakit besar dan menjadi dosen di fakultas kedokteran universitas terkenal, oh..indahnya hidup ini.
Hari yang tidak ditunggu-tunggupun tiba, saya berangkat ke lokasi ujian yang telah di tetapkan. Persiapan selama seminggu terakhir saya lakukan secara gila-gilaan, usaha saya benar-benar sudah maksimal. Tapi, soal-soal yang keluar di SNMPTN ini susahnya naudzubillahiminzalik, belum lagi ada nilai minus untuk jawaban salah, dan sebagai seorang yang telah bersumpah tidak ingin lagi berjumpa dengan yang namanya fisika, matematika, dan kimia sementara semua makhluk itu ada dalam tes SNMPTN ini, maka lengkaplah sudah penderitaan saya. Dan ketika saya memasukkan nomor ujian saya di salah satu situs untuk mengecek kelulusan di internet, yang muncul adalah tulisan “maaf, nomor ujian anda tidak terdaftar sebagai peserta yang lulus SNMPTN”. Hati saya hancur berkeping-keping membaca tulisan itu, yang lebih sakit lagi adalah mendapat sms dari teman-teman bimbel saya yang kerjaannya di kelas ngorok malah lulus. Saya kembali bertanya pada tuhan “why me?”..kenapa saya yang tidak lulus, kenapa bukan mereka yang di kelas kerjaannya ngorok?? Why me?? Why me??..
Selain SNMPTN, saya juga ikut tes perguruan tinggi kedinasan, saat itu saya mengikuti tes sekolah tinggi ilmu statistic (STIS). Ini sekolah enak banget, sudahlah kuliahnya gratis, begitu lulus langsung bekerja di Badan Pusat Statistik, keren sekali. rencana masa depan pun kembali saya susun, menjadi seorang statistician, punya istri cantik dan soleha, dan puncak karir menjadi kepala Badan Pusat Statistik. tapi, untuk menjadi mahasiswa sekolah ini tesnya banyak dan berlapis-lapis, pertama  tes tertulis, lalu ada psikotest, lalu ada tes wawancara, lalu ada tes kesehatan. Rangkaian tes yang panjang itu hanya sekedar informasi, saya sudah tersungkur di tes pertama, ujiannya tidak kalah susahnya dengan SNMPTN, ditambah lagi pertanyaan tentang pengetahuan umum misalnya “pada tanggal berapakah michael jackson meninggal dunia??..yang saya jawab dengan bergumam dalam hati ”hanya Michael jackson dan tuhan yang tau”
Setelah semua kegagalan itu, maka harapan saya untuk memasuki perguruan tinggi negeri (PTN) hanyalah jalur ujian non-reguler. Ini bisa disebut ujian sisa-sisa, karena pesertanya adalah orang-orang yang tidak lulus SNMPTN. Di pekanbaru ada dua PTN yaitu Universitas Riau (UR) dan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN). Saya mendaftar untuk mengikuti ujian di kedua PTN ini, jadwal ujian pertama adalah di UIN. saya kembali harus mengantri dan mengikuti semua prosedur pendaftaran yang panjang, ketika akan mengisi formulir kembali saya dihadapkan pada pilihan jurusan yang akan saya ambil, dan karena jurusan paling terkenal di universitas para calon ustadz ini adalah Tekhnik Informatika, maka pilihan pertama saya isi dengan Tehnik Informatika seolah-olah otak saya ini mampu mencerna bahasa pemrograman seperti Pascal, C++, atau java padahal rumus-rumus Microsoft excel saja sudah bikin saya pusing.
Sesuai dengan namanya, UIN ini adalah universitas islam, maka peraturannya pun cukup ketat, misalnya tidak boleh pakai jeans dan kaos, semua wanita harus menggunakan jilbab dan berpakaian muslimah, semua fakultas mewajibkan pelajaran bahasa arab, dan lain-lain. Bagi saya itu tidak masalah, itu semua malah bagus bagi saya untuk menjadi lebih religious, sayapun mulai kembali menghayal tinggi dan menyusun rencana masa depan, tamat dari UIN saya akan melanjutkan S2 ke mesir, lalu seperti dalam film ayat-ayat cinta saya mendapat istri seorang wanita mesir yang super cantik jelita dan bisa masak masakan padang. Lalu istri saya itu saya ajak pulang ke tanah air (setelah sebelumnya saya ajari bahasa minang dan bahasa melayu), lalu saya akan menjadi dosen, lalu naik jabatan menjadi dekan dan puncak karir menjadi rector di sebuah universitas islam, sebuah mimpi yang sempurna.
Hari ujian pun datang, saya datang pagi-pagi karena takut telat, ketika saya sampai di lokasi ujian saya masih punya waktu sekitar satu jam. Jadi saya duduk di luar ruangan menunggu waktu ujian sambil membaca prediksi soal dan pada saat itu saya baru sadar bahwa saya berada dalam masalah besar, dalam ujian ini ada ujian bahasa arab, BAHASA ARAAAAAB. Saya sangat panic karena sama sekali tidak bisa bahasa arab,skill bahasa arab saya hanya sebatas “ahlan wasahlan, ente bahlul, dan la tahzan (inipun saya tau dari judul buku). Saya merasa putus asa sampai akhirnya saya menyadari bahwa peserta yang duduk di sebelah saya adalah anak pesantren..”Aha..dia pasti bisa bahasa arab”. Saya langsung mendekatinya dan mengajak ngobrol ngalor ngidul dan tertawa haha hihi sampai akhirnya ketika saya merasa situasi cukup kondusif saya langsung menyampaikan permintaan saya “akhi, saya benar-benar butuh pertolonganmu, saya tidak bisa bahasa arab sama sekali, bersediakah engkau memberikan saya contekan nanti??”..dan jawabannya adalah..”insyaallah akhi”..ALHAMDULILLAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH..
Ujianpun dimulai, saya sangat optimis dengan ujian ini, pertama karena saingan saya sepertinya sampah masyarakat semua, ada yang rambutnya sebahu, ada yang pakai piercing di telinganya bahkan ada yang merokok sebelum masuk ruangan tadi. Alasan kedua karena saya punya anak pesantren ini yang akan membantu saya dalam masalah bahasa arab, jadi peluang lulus sepertinya cukup besar. semua pelajaran umum saya kerjakan sendiri, untuk bagian bahasa arab saya tinggalkan dulu, menunggu saat yang tepat, dan ketika pengawasnya keluar saya langsung memberi kode sambil berbisik “psstt..psstt..akhi, perlihatkanlah lembar jawabanmu itu padaku”. Dia langsung menggeser lembar jawabannya ke pinggir meja sehingga terlihat jelas oleh saya, tanpa basa basi langsung saya salin,setelah beberapa saat, ketika saya asyik menyalin dia berbisik “akhi, kenapa lama sekali, jumlah soal bahasa arab kan hanya 30”..saya menjawab “oh,.afwan akhi, saya salin sekalian yang sejarah islam,hehe..”.
Dua minggu kemudian, pengumuman keluar, and guess what?? Saya tidak lulus. Setelah saya hitung-hitung lagi, ternyata dari 20 orang di ruangan saya, yang lulus 15 orang. Saya benar-benar tidak percaya, yang tidak lulus hanya 5 orang, dan saya termasuk dalam 5 orang itu. Saya kembali bertanya kepada tuhan “why me??”..kenapa saya yang tidak lulus?? Kenapa bukan mereka yang rambutnya sebahu, yang telinganya memakai piercing, yang bahkan santai-santai merokok sebelum ujian.

Tes terakhir dan harapan saya satu-satunya tinggal ujian non-reguler universitas riau, dan pilihannya sangat terbatas. Yang tersisa hanyalah fakultas-fakultas dan jurusan-jurusan yang kurang diminati, dan dari semua yang tersisa itu yang paling realistis untuk saya ambil hanyalah FMIPA. Dan jurusan yang saya pilih adalah matematika dan biologi, saya mengikuti tes dengan penuh harap, saya melupakan semua kegagalan dan kekecewaan yang pernah saya alami, saya lakukan yang terbaik yang saya bisa. Pada akhirnya, ketika pengumumannya keluar, untuk kedua kalinya nama saya muncul di Koran. Saya lulus di jurusan matematika.

Ketika saya lulus, saya merasa ada kebahagiaan di hati saya, namun pada saat itu saya juga menyadari bahwa saya adalah mahluk paling egois di dunia ini. Ketika saya tidak lulus dan gagal  saya selalu bertanya “why me?”..kenapa bukan mereka yang lebih malas daripada saya. Ketika menderita penyakit saya selalu bertanya “why me?”..kenapa bukan mereka yang punya kemampuan dan banyak harta untuk berobat. Ketika ditimpa musibah, saya selalu bertanya “why me?” Kenapa bukan mereka yang jarang beribadah dan selalu bermaksiat. Setiap kali saya mendapat suatu kesulitan, kesialan, dan kesusahan saya selalu bertanya “WHY ME?.. WHY ME?..WHY ME?..”

Namun saya lupa, ketika saya lulus, ketika mendapat kesenangan, anugerah, dan harta yang berlimpah..saya tidak pernah bertanya “WHY ME?”..kenapa bukan mereka yang lebih pantas menerimanya?


2 komentar:

Mikochin mengatakan...

visiting :D
gausah ngomentarin ceritanya ya, berhubung saya udah baca dan berkali2 bilang keren ntar dibilang penjilat pula haha

soal blognya, temanya bikin males baca!
background gelap, fontnya tipis2, bikin males..gitu baca panjang2, enakan baca di not fesbuk :p

sori frontal, udh kebiasaan :o

Wawan Hadinata mengatakan...

hahaha..thanks, kritikannya frontal abis, saya suka itu, gw aja susah ngebaca di sini,hahaha

kemaren udah coba ngedit kode htmlnya biar tulisannya gedean dikit, tapi ga bisa-bisa, gaptek abis,haha..ntar emang mau diganti kok templatenya,hehe..

Posting Komentar

Pengikut


| My Stupid Story | Design by Insight © 2009